Kuota Internet dan Korban PHP Telkomsel
Sebagai pengguna Telkomsel, kita kadang harus banyak bersabar meski berkali-kali diberi harapan palsu oleh perusahaan plat merah ini.
Semua kita tahu kalau Telkomsel merupakan perusahaan operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia. Dengan lebih dari 100 juta pengguna aktif, sangat wajar jika perusahaan yang identik warna merah ini, kadang senang membuat kesal pelanggannya. Toh, dibuat sekesal bagaimanapun, pelanggannya tetap tidak bakal lari ke lain hati.
Ini karena Telkomsel memiliki jaringan terjauh dan terluas, menjangkau hampir di seluruh pelosok negeri, bahkan yang tidak terbaca di peta sekali pun. Infrastruktur yang dimiliki Telkomsel membuatnya sedikit selangkah di depan dibandingkan perusahaan operator telekomunikasi lain. Para pengguna tentu saja sangat memperhatikan hal ini. Ini, agar jalur komunikasi mereka dengan kolega tidak terputus hanya karena masalah jaringan atau signal.
Selain soal jaringan, layanan yang diberikan oleh Telkomsel pun, sedikit lebih menggiurkan dibandingkan operator lain. Misalnya, perusahaan plat merah ini kerap memberikan harga promo untuk paket data internet. Harga paket internet pun tersedia dengan harga berapa pun, dan orang dapat memilih membeli paket data (kuota internet) yang mana. Inilah yang membuat orang-orang betah menggunakan produk dari Telkomsel.
Sebagai orang yang berkutat dengan dunia internet dan bergantung pada kuota internet, mau tidak mau saya harus menggunakan layanan operator ini. Saya membutuhkan paket data (kuota internet) untuk tetap terhubung ke internet, seperti membalas email, mengakses media sosial atau memposting tulisan di blog. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya kita sebagai blogger ketika kehabisan paket internet. Dunia menjadi gelap karenanya.
Dengan layanan koneksi 4G yang hampir merata di seluruh Indonesia, Telkomsel menggoda pengguna untuk tetap menggunakan produknya. Soalnya, operator lain belum tentu memiliki jangkauan sinyal yang lebih luas dari Telkomsel. Itulah alasan mengapa orang-orang rela menggunakan Telkomsel, sekali pun dalam waktu-waktu tertentu, koneksinya lemot bagai siput. Alhasil, bahkan untuk mengakses media sosial semacam Facebook pun susah minta ampun.
Lalu, mengapa saya begitu kesal pada Telkomsel. Sudah tiga bulan ini saya rutin membeli paket internet yang 25GB seharga Rp100 ribu. Kadang, harganya lebih murah dua ribu ketika kita membeli menggunakan aplikasi MyTelkomsel. Sebelumnya, saya rutin menggunakan paket yang 15GB atau 17GB, masing-masing dijual seharga Rp75ribu dan Rp80 ribu.
Awalnya saya tidak begitu memperhatikan masalah kecepatan koneksi internet atau sisa kuota tiap bulan. Soalnya, ketika mengakses YouTube, memposting konten untuk blog atau membuka media sosial, tidak ada kendala. Dengan kuota 25 GB selama sebulan, pastilah tidak bakal sanggup kita habiskan. Hanya saja, ketika seminggu sebelum habis masa berlakunya, koneksi internet mulai melambat. Untuk mengakses Facebook pun lemotnya minta ampun.
Alhasil, pada bulan pertama saya menggunakan kuota 25GB, ketika masa berlakunya habis, saya masih menyisakan sekitar 8 GB. Saya masih tidak menganggap itu sebuah keanehan. “Mungkin karena kuota internetnya lebih besar, sehingga tidak habis semuanya,” gumam saya dalam hati. Lalu, di bulan kedua saya juga mengalami hal yang sama. Koneksi internet paket 25GB lebih lambat dari paket lain yang pernah saya beli, dan menjelang masa berlakunya habis, koneksi internetnya jauh lebih lambat. Dan, ketika saya periksa sisa kuota yang saya miliki, masih tersisa sekitar 8GB lagi.
Saya sempat melakukan komplain ke pihak Telkomsel melalui akun twitter resminya, Telkomsel terkait koneksi internet yang sangat lemot ini. Balasan yang saya terima justru bikin saya kesal. Coba, saya diminta melakukan non-aktifkan data, pindah lokasi dan restart HP. Padahal, sebelum diminta seperti itu, saya sudah melakukannya. Saya komplain ke mereka justru karena masalah koneksi internetnya tetap masih lemot.
Seingat saya, ada beberapa kali saya coba mention akun twitter @Telkomsel terkait koneksi internet yang lemot ini, dan jawaban yang saya terima masih jawaban standar. Boleh jadi, yang menjawabnya adalah Veronika, asisten virtual Telkomsel yang sedang naik daun itu. Bahkan saya diminta mengirimkan DM (direct message) dengan menyertakan beberapa data. Awalnya saya dengan patuh melakukannya. Namun, ketika setiap kita melaporkan masalah, selalu diminta melakukan hal serupa, kita pun kesal bukan main.
Rupanya masalah koneksi internet lemot (terutama yang membeli paket 25GB) bukan hanya saya saja yang mengalaminya. Beberapa teman lain juga mendapati masalah serupa. Ini saya tahu dari balasan terhadap kicauan yang saya unggah di Twitter. Saya pun jadi sadar satu hal, bahwa pihak Telkomsel tidak pernah rugi sekali pun harga kuota internet dijual murah. Toh, sekali pun jumlah kuota internet besar, toh pada akhirnya hanya terpakai sebagian. Di situ saya kadang merasa sedang di-PHP (pemberi harapan palsu) oleh Telkomsel. Sialnya, kita tidak punya pilihan, termasuk untuk berganti operator. Alasannya seperti saya sebutkan di atas. []