Mengenang Munir, Meratapi Aceh

Dan, mengenang Munir sama artinya seperti meratapi nasib Aceh. Sama-sama menyedihkan!

Taufik Al Mubarak

--

Munir dan kawan-kawan di depan kantor Imparsial. Photo: Wiki Commons

Jika Anda ingin menyebut sepuluh nama orang paling berani di Indonesia, nama almarhum Munir tidak boleh dilupakan. Dan, tiap memasuki bulan September, orang-orang pasti mengenang perjuangannya.

Bagi kami di Aceh, pendiri lembaga KontraS, itu adalah sosok pahlawan. Namanya tidak bisa dipisahkan dari Aceh. Ia sangat concern mengampanyekan penyelesaian kasus pelanggaran HAM di Aceh, di mana pun ia bicara.

Pria berdarah Arab ini tak henti-hentinya meminta pertanggungjawaban negara atas terjadinya sejumlah kejahatan terhadap kemanusiaan di Aceh, juga memfasilitasi terbentuknya sejumlah lembaga yang fokus pada isu pengungkapan sejumlah pelanggaran HAM masa silam. Namun, hingga ajal menjemput, pengungkapan dan penuntasan pelanggaran HAM di Aceh tak kunjung terlaksana.

Hari ini, 7 September atau 20 tahun silam, pria bernama lengkap Munir Said Thalib meninggal di atas pesawat yang akan menerbangkannya ke Belanda. Pejuang hak asasi manusia (HAM), itu dibunuh dengan cara diracun, konon melibatkan institusi intelijen negara. Rezim pemerintahan sudah tiga kali berganti, tapi penyelesaian kasus pembunuhan Munir tidak menemui titik terang.

--

--